Apalah
Arti Sebuah Titik?
Sebuah dan tentang titik. Ya,
kalimat pertama tulisan ini pada akhirnya diakhiri dengan titik dan seterusnya
hingga sampailah ia pada kalimat terakhir.

Lihatlah gambar di atas dengan
seksama. Apakah Anda melihat sebuah titik? Tapi kenapa Anda hanya melihat satu
titik hitam saja dari kertas tadi? Coba rubah sudut pandangmu, yang saya lihat bukan
titik hitam tapi tetap sebuah kertas putih meski ada satu noda didalamnya, kami
melihat lebih banyak warna putih dari kertas tersebut sedangkan kenapa Anda
hanya melihat hitamnya saja dan itu pun hanya setitik ?
Apakah sekarang Anda mengerti? Dalam
hidup, bahagia atau tidaknya hidup tergantung dari sudut mana kita memandang
hidup itu sendiri, jika kita selalu melihat titik hitam tadi yang bisa
diartikan kekecewaan, kekurangan dan keburukan dalam hidup maka hal-hal itulah
yang akan selalu hinggap dan menemani dalam hidupmu. Betapa mudahnya melihat
kesalahan dan kekurangan orang lain, sedangkan kamu lupa kelemahan dan
kekurangan diri kamu. Betapa mudahnya kamu menyalahkan dan mengingkari-Nya atas
kesusahan hidupmu, padahal begitu besar anugerah dan karunia yang telah
diberikan oleh-Nya dalam hidupmu. Itulah kita, betapa mudahnya menyesali hidup,
padahal banyak kebahagiaan telah diciptakan untuk kita dan masih banyak yang
menanti.
Coba perhatikan dengan seksama,
bukankah disekeliling titik hitam tersebut penuh dengan warna putih, yang
artinya begitu banyak anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita,
kita masih bisa melihat, mendengar, membaca, berjalan, fisik yang utuh dan
sehat, dan begitu banyak kebaikan yang kita dapatkan. Sedangkan satu titik
hitam itu kelemahan kita, betapa mudahnya melihat keburukan orang lain, padahal
begitu banyak hal baik yang telah diberikan orang lain kepada kamu.
Sekarang mari kita keluar dari zona
pemikiran yang demikian, mari kita belajar mengartikan sebuah titik lebih dalam
lagi. Dalam Bahasa Indonesia, tanda baca titik selalu dipakai dalam setiap
kalimat sehingga apabila tanda baca titik ini tidak ada maka tidak akan ada
nada irama dalam membacanya. Ketenarannya melebihi seorang artis mancanegara.
Sebuah titik kadang merangkai sebuah
pengertian. Kadang pula merangkai sebuah kesadaran, bahwa ia harus berhenti
pada sesuatu, untuk sesuatu, atau bahkan hanya untuk sesaat. Titik bukan
sekedar hasil dari sentuhan tinta dengan kertasnya, tapi karena ia ada, dan
sudah seharusnya ada, kita bisa mengambil nafas untuk melanjutkan mengeja,
membaca dan meresapi hingga seterusnya dan berjumpa lagi dengan titik. Kadang kali
ia dibuat begitu banyak dan berjajar. Mungkin isyarat untuk sejenak jeda lebih
lama, bahwa ada seterusnya yang, tidak bisa di tuliskan mungkin, hingga perlu
berjajar dan beramai-ramai untuk benar-benar mengetahui ada makna apa dibalik
hidupnya kata-kata sebelumnya.
Titik, dan dari sanalah konon
semuanya bermula. Ia berpegangan rapat-rapat, hingga bisa dibentuk huruf, kata
dan kata-kata. Kata dan kata-kata berhimpun dan jadilah sebuah kalimat. Dari
sana muncul makna-makna, kadang sederhana, tapi kadang mendalam hingga berasa
begitu nikmat meresapinya. Dan pada akhirnya kalimatpun harus juga diakhiri
dengan titik.
Titik bukan koma, yang merupakan
isyarat untuk berhenti sejenak, dan titik tidak bisa menjadi koma. Begitu pula
sebaliknya, koma tidak bisa menjadi titik karena itu bisa mengacaukan.
Mengacaukan intonasi, mengacaukan susunan, dan yang lebih parah mengacaukan
makna.
Sebuah titik tidak selamanya identik
dengan berhenti. Justru dari sanalah kadang sebuah perjalanan bermula;
mengakhiri sebuah makna, untuk kemudian melanjutkan dengan makna yang lebih
baru, lebih dalam semoga, dan jangan sampai ia hanya jadi penyimbolan untuk
berakhirnya sesuatu untuk sekedar sesuatu. Kalau hanya ini yang ada, bisa-bisa
prosa yang penuh dengan titik dan titik-titik ini menjadi hambar dan tiada
bernilai.
Jika disederhanakan, hendaknya kita
punya tujuan kecil yang akan mengantarkan kita pada pencapaian tujuan di titik
tertinggi hidup kita. Dan yang jelas tujuan itu harus jelas, realistis,
memiliki batas waktu pencapaian sebagai ukuran keberhasilan dan memiliki
antisipasi terhadap kemungkinan adanya hambatan karena hidup ini penuh
tantangan. Setelah mencapai disebuah titik akhir, kita harus terus melangkah
untuk mencapai tujuan di titik yang paling akhir dalam kehidupan, Begitu
seterusnya hingga kita mencapai tujuan hidup kita yang teragung. Dengan adanya
tujuan hidup yang jelas, kita bisa melangkah dengan pasti tak peduli seganas
apapun jalan yang harus dilalui
Dalam agama Islam semua amal
perbuatan manusia akan dicatat dan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah walau
hanya sebesar Zarah (sebesar titik).
Dalam Matematika suatu titik memilki
kedudukan yang sangat penting. Suatu garis berawal dari sebuah titik, begitupun
dengan menggambar sebuah bidang, pasti berawal dari sebuah titik, dimana
titik-titik tersebut berkembang menjadi sebuah garis dan akhirnya diteruskan
menjadi sebuah bidang. Titik bisa berkembang menjadi sebuah lingkaran,
segitiga, kubus dan lebih dasyat lagi bisa dikembangkan menjadi suatu bangunan
rumah, gedung dan lainnya. Bahkan seorang arsitek yang hendak merancang atau
membuat suatu model pasti berawal dari sebuah titik.
Dalam seni melukis, suatu karya
berupa lukisan atau gambar berawal dari kumpulan titik-titik yang berkembang
menjadi suatu gambar yang di desain oleh pelukis menjadi suatu lukisan yang
bernilai tinggi. Padahal lukisan tersebut berasal dari kumpulan titik yang kita
anggap tidak bernilai.
Dalam sebuah prosa kehidupan yang
dipenuhi dengan titik, dengan inilah prosa itu bisa terangkai dan pada akhirnya
bisa dialurkan. Titik menyambung untuk kemudian menyatukan, dan bahwa saat
sesuatu harus terhenti, seringkali kemudian ia tersambung lagi, yang karenanya
ia ada, alur itu menjadi indah. Kadang tak terduga, tidak direncanakan, muncul
tiba-tiba hingga menjadi indah pada waktunya. Disinilah, kata orang, titik
(kalau tahu ada titik tentunya) merubah yang tak menyenangkan menjadi
menyenangkan; mengubah yang tak indah menjadi indah; dan bisa menjadikan yang
hitam jadi putih sekalipun.
Titik bukanlah bintang-bintang yang
berserak dilangit, yang meskipun berwujud titik dengan mata kita melihat;
bercahaya dan beraneka warna, ia hanya bisa dinikmai keindahannya. Tak bisa
kita mengatur warna bintang, karena ia ada memang begitulah adanya. Tapi dengan
titik, kita bisa mewarnanya sesuka hati kita, entah hijau, putih, merah, bahkan
hitam, asal ada pena tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar