Konklusi sebaiknya diturunkan dari
premis-premis atau premis-premis selayaknya mengimplikasikan konklusi. Dalam
argumentasi yang valid, konklusi akan bernilai benar jika setiap premis yang
digunakan di dalam argumen juga bernilai benar. Jadi validitas argumen
tergantung pada bentuk argumen itu dan dengan bantuan tabel kebenaran.Konklusi
itu benar jika mengikuti hukum-hukum logika yang valid dari aksioma-aksioma
sistem itu, dan negasinya adalah salah. Untuk menentukan validitas suatu
argumen dengan selalu mengerjakan tabel kebenarannya tidaklah praktis. Cara
yang lebih praktis banyak bertumpu pada tabel kebenaran dasar dan bentuk
kondisional. Bentuk argumen yang paling sederhana dan klasik adalah Modus
ponens, Modus tolens, dan silogisme.
1. Modus Ponens
premis 1
: p →q
______________
Kesimpulan:
q
2.
Modus Tolens
premis
1 : p →q
______________
Kesimpulan:
~p
3.
Modus Silogisme
premis 1 : p→q
premis 2 : q →
r (
silogisme)
_______________
Kesimpulan: p →r
Untuk menguji atau membuktikan
sebuah argumen yang valid yang mempunyai proposisi yang lebih dari tiga, harus
mengenal beberapa aturan penarikan kesimpulan yaitu beberapa argumen elemeter
yang valid. Untuk membuktikan validitas suatu argumen dapat dilakukan dengan
cara mencari konluksi dari premis-premisnya dengan rangkaian argmen-argumen
elementer yang lebih pendek dan valid.
Ada beberapa aturan untuk
menunjukkan metode pembuktian ini. Aturan-aturan berikut menyatakan argumen
yang validitasnya dengan mudah dan dapat dibuktikan dengan tabel kebenaran yang
disebut Aturan Pemeriksaan Kesimpulan atau
Rule of Inference, sebagai berikut:
1.
Simplikasi (Simp)
Premis
1 : p˄q atau p˄q
________________________
Kesimpulan : p q
2.
Konjungsi (Conj)
Premis
1 : p
Premis
2 : q
_________________
Kesimpulan : p˄q
3.
Silogisme disjungtip (DS)
Premis
1 : p˅q atau p˅q
Premis
2 : ~p ~q
________________________
Kesimpulan : q p
4.
Addisi (Add)
Premis
1 : p
_______________
Kesimpulan : p˅q
5.
Modus ponens (MP)
6.
Modus tolens (MT)
7.
Silogisme (HS)
8.
Dilemma konstruktif (CD)
Premis
1 : (p→q) ˄ (r→s)
Premis 2 : p˅r
__________________________
Kesimpulan : q˅s
9. Dilemma destruktif
Premis 1 : (p→q)˄(r→s)
Premis 2 : ~p˅~s
_________________________
Kesimpulan : ~p˅~s
Aturan
Penukaran ( The Rule Reflacement)
Ada beberapa argumen yang
validitasnya tidak dapat dibuktikan jika hanya menggunakan aturan diatas, maka
diperlukan tambahan aturan penarikan kesimpulan yang disebut Rule of Reflacement (Aturan Penukaran). Aturan penukaran
merupakan, jika sebagian dari sebuah pernyataan majemuk ditukar dengan sebuah
pernyataan lain yang ekuivalen logis dengan bagian yang ditukar itu, maka nilai
kebenaran pernyataan yang dihasilkan yaitu yang baru adalah yang sama dengan
pernyataan semula. Adapun secara lengkapnya aturan penukaran itu adalah:
10. De Morgan’s Theorem (DM):
________________________
~(p˄q) ≡ ~p˅~q
~(p˅q) ≡ ~p˄~q
11. Commutation (Com):
_________________
(p˅q) ≡ (q˅p)
(p˄q) ≡ (q˄q)
12. Association (Assoc):
__________________
[p˅(q˅r)] ≡ [(p˅q)˅r]
[p˄(q˄r)] ≡ [(p˄q)˄r]
13. Distribution (Dist):
_____________________
[p˄(q˅r)] ≡ [(p˄q)˅(p˄r)]
[p˅(q˄r)] ≡ [(p˅q)˄(p˅r)]
14. Double Negation (DN):
___________________
P ≡ ~~p
15. Transposition (Trans):
__________________
(p→q) ≡(~q→~p)
16. Mateial Implication (Impl):
______________________
(p→q) ≡ (~p˅q)
17. Material Equivalent (Equiv):
_______________________
(p ≡ q) ≡ [(p→q)˄(q→p)]
(p ≡ q) ≡ [(p˄q)˅(~p˄~q)]
18. Exportation (Exp)
____________________
[(p˄q)→r] ≡ [p→(q→r)]
19. Tautologi (Taut):
P ≡ p˅q
P ≡ p˄q
Contoh 1:
Jika pengetahuan logika diperlukan atau
pengetahuan aljabar diperlukan, maka semua orang akan belajar
matematika. Pengetahuan logika diperlukan dan pengetahuan
geometri diperlukan. Karena itu semua mahasiswa akan belajar matematika. Validkah
argumentasi di atas ?
Jawab :
Kita akan menerjemahkan argumen-
argumen di atas ke bentuk simbol-simbol.
Misal :
a = pengetahuan logika
diperlukan,
b = pengetahuan aljabar
diperlukan,
c = Semua orang akan
belajar matematika,
d=pengetahuan geometri
diperlukan.
Maka :
(a∨ b)⇒ c
Premis
a∧ d
Premis
a
2, Penyederhanaan
a∨ b
3, Tambahan
∴c
1, 4, Modus Ponen
Jadi argumen di atas adalah valid.
Contoh 2:
Perhatikan suatu argumen dengan lima
pernyataan tunggal yang berlainan, seperti berikut:
a. Jaksa agung mengadakan sensor pos
yang keras atau jika Badu mengirimkan surat yang diterimanya maka Didu menerima
peringatan (A, B, D)
b. Jika garis komunikasi kita tidak
putus, maka jika Didu menerima peringatan, maka Eni diberitakan persoalannya
(P, D, E)
c. Jika jaksa agung mengadakan sensor
yang keras, maka garis komunikasi bisa putus (A, P)
d. Garis komunikasi tidak putus (P)
e. Jadi jika Badu mengirimkan surat
yang diterimanya, maka Eni diberitahu persoalannya (B, E)
Jadi
diterjemahkan dalam bentuk lambang, maka:
A˅(B→D)
~P→(D→E)
A→P
~P
●B→E
Untuk membuktikan validitas argumen,
membuktikannya dengan menarik konklusi-konklusinya dari premis dengan bantuan
rangkaian dari argumen-argumen valid elementer, misalnya MT, MP, DS, HS dan
sebagainya. Selanjutnya tarik konklusi demi konklusi sehingga terbentuk:
1. A˅(B→D)
2. ~P→(D→E)
3. A→P
4. ~P /●B→E
5. ~A 3,4 MT
6. B→D 1,5 DS
7. D→E 2,4 MP
8. B→E 6,7 HS
Jadi: jika Badu mengirimkan surat
yang diterimanya, maka Eni diberitakan persoalannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar