Disusun
untuk memenuhi tugas artikel Kearifan Lokal mata kuliah Filsafat Ilmu
Pendidikan / 2 sks
Disusun
Oleh:
UMMU AZIZAH (2225142280)
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
Kearifan
lokal berasal dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Secara
umum local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan
setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal terbentuk
sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam
arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara
terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai
yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.
Berdasarkan
fungsinya, kearifan lokal adalah pengetahuan asli (indigineous
knowledge) atau kecerdasan lokal (local genius)suatu masyarakat yang
berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan
masyarakat dalam rangka mencapai kemajuan komunitas baik dalam penciptaan
kedamaian maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal itu
mungkin berupa pengetahuan lokal, keterampilan lokal, kecerdasan lokal,
sumber daya lokal, proses sosial lokal, norma-etika lokal, dan
adat-istiadat lokal.
Secara
substansial, kearifan lokal itu adalah nilai dan norma budaya yang berlaku
dalam menata kehidupan masyarakat. Nilai dan norma yang diyakini kebenarannya
menjadi acuan dalam bertingkah laku sehari-hari masyarakat setempat.
Kebudayaan
dan kearifan lokalnya memang tidak langsung memberikan untung secara ekonomis,
tetapi secara perlahan-lahan kearifan lokal sebagai warisan masa lalu itu akan
memberikan manfaat untuk pembentukan peningkatan kesejahteraan dan kedamaian
rakyat melalui karakter yang kuat generasi mudanya.
Kearifan
lokal hanya akan abadi kalau kearifan lokal terimplementasikan dalam kehidupan
konkret sehari-hari sehingga mampu merespons dan menjawab arus zaman yang telah
berubah. Dengan demikian, kearifan lokal akan efektif berfungsi sebagai senjata
yang membekali masyarakatnya dalam merespons dan menjawab arus zaman. Menggali dan melestarikan berbagai unsur kearifan
lokal, tradisi dan pranata lokal, termasuk norma dan adat istiadat yang
bermanfaat, dapat berfungsi secara
efektif dalam pendidikan karakter,
sambil melakukan kajian dan pengayaan dengan kearifan-kearifan baru. Jadi sisi
lain dari kearifan lokal ini adalah sebagai basis pembentukan karakter. Karena dalam
pendidikan karakter, kearifan lokal sangat berperan penting.
Karakter
adalah sikap dan cara berpikir, berperilaku, dan berinteraksi sebagai
ciri khas seorang individu dalam hidup, bertindak, dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat maupun bangsa. Karakter
merupakan keseluruhan nilai-nilai, pemikiran, perkataan, dan perilaku atau
perbuatan yang telah membentuk diri seseorang. Karakter itulah nilainya,
pemikirannya, kata-katanya, tindakannya. Karakter itu menjadi bagian identitas
diri seseorang sehingga karakter dapat disebut
sebagai jatidiri seseorang yang telah terbentuk dalam proses kehidupan memalui
sejumlah nilai-nilai etis yang dimilikinya, berupa pola pikir, sikap, dan
perilakunya.
Secara
singkat, pendidikan karakter menjadikan orang yang hati, pikiran, raga, dan
rasa-karsanya baik. Betapa bangsa ini menjadi bangsa yang adil dan makmur
sesuai dengan amanat UUD’45 jika tercipta generasi yang memiliki karakter
tersebut di atas. Jika generasi muda memiliki karakter tersebut di atas, tidak
ada lagi kemiskinan karena masyarakat sudah disiplin dan bekerja keras,
tidak ada lagi konflik karena masyarakat cinta damai, cinta tanah air, dan
toleransi, tidak ada lagi ketidakadilan karena masyarakat sudah demokratis dan
peduli sosial, dan tidak ada lagi korupsi karena masyarakat sudah jujur dan
religius. Itulah harapan bangsa ini, tetapi persoalannya sekarang adalah
bagaimana cara dan metodenya menjadikan generasi muda memiliki karakter
tersebut dan darimana sumber sebagai basis pembentukan karakter tersebut.
Apabila
diperhatikan uraian di atas, tampaklah bahwa karakter yang dirumuskan
para ahli pendidikan atau pembangunan karakter di atas relevan dengan kearifan
lokal, yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya bangsa kita. Dengan
demikian, pemahaman terhadap kearifan lokal sebagai nilai-nilai budaya luhur
bangsa kita dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembentukan karakter bangsa.
Persoalannya sekarang, sejauh mana kearifan lokal itu telah dimanfaatkan untuk
pembentukan karakter bangsa. Padahal, dampak manusia berkarakter atau manusia
yang mengamalkan kearifan lokal sangat besar untuk keberhasilan seorang
individu, bahkan keberhasilan sebuah bangsa. Di sinilah pentingnya kajian
tradisi budaya untuk mendapatkan kearifan lokal sebagai warisan leluhur kita.
Dengan kata lain, kita mengharapkan karakter bangsa kita berasal dari kearifan
lokal kita sendiri sebagai nilai leluhur bangsa kita. Atas dasar itu, karakter
bangsa yang diharapkan adalah karakter yang berbasis kesejahteraan dan
kedamaian. Karakter yang cinta kesejahteraan meliputi karakter yang pekerja
keras, disiplin, senang belajar, hidup sehat, cinta budaya, gotong royong,
tidak bias gender, peduli lingkungan, sedangkan karakter yang cinta kedamaian
meliputi sikap yang berkomitmen, berpikir positif, sopan santun,
jujur, setiakawan sosial, suka bersyukur, dan hidup rukun.
Pendidikan
karakter berarti pendidikan kepribadian yang cinta kesejahteraan dan cinta
kedamaian. Cinta kesejahteraan didasari oleh kearifan lokal inti etos kerja (core
local wisdom of work ethics), sedangkan cinta kedamaian didasari kearifan
lokal inti kebaikan (core local wisdom of goodness). Sebaiknya, semua
cakupan karakter di atas diajarkan dan diterapkan sejak pendidikan dini
terutama pendidikan informal di rumah.
Meskipun
para ahli menyebutkan ada beberapa pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, namun
perlu digarisbawahi bahwa nilai-nilai luhur itu harus berasal dari nilai-nilai
budaya leluhur kita yang menjadi kearifan lokal dalam komunitas kita. Karakter
itu boleh saja bertujuan universal, tetapi berasal lokal atau berdampak global,
namun berawal lokal.
Siapakah
yang akan membangun karakter itu dalam diri kita sehingga kita menjadi orang
berkarakter arif atau bijaksana? Jawabannya adalah kita sendiri yang berusaha
mengetahuinya, menyukainyanya, dan melakukannya dalam kehidupan kita
sehari-hari apapun kegiatan dan pekerjaaan kita. Membangun karakter pada
diri sendiri berarti memahami nilai dan kearifan serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Sibarani,
Robert. 2013. “Pembentukan Karakter
Berbasis Kearifan”. [Online]. http://www.museum.pusaka-nias.org/2013/02/pembentukan-karakter-berbasis-kearifan.html (diakses pada 05 Desember 2015)
Pramono,
Agung. 2010. “IMPLEMENTASI KEARIFAN LOKAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER DI
PENDIDIKAN DASAR: STUDI KARAKTER NASIONALISME TOKOH KARNA DALAM TRIPAMA
KARANGAN KGPAA MANGKUNEGARA IV”,Jurnal
Pendidikan Karakter, vol.10, no.4, H.64-74. http://ejournal.ikippgrimadiun.ac.id/sites/default/files/3.4_Agung%20Pramono_Implementasi%20Local%20Wisdom%20dlm%20Pendidikan%20Karakter%20di%20Dikdas.pdf
Fajarini,
Ulfah. 2010. “PERANAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER”, Jurnal Pendidikan karakter, vol.8, no.1,
H.1-8. http://digilib.uin-suka.ac.id/9950/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar