A. Konsep
Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
Contextual teaching and
Learning(CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh ntuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Ada tiga hal yang harus dipahami.
Pertama CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,
artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.
Kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk
menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata.
Ketigamendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan, artinya CTL bukan
hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi
bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari.[1][1]
Terdapat lima karakteristik penting
dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
- Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahun yng akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain
- Pembelajaran ntuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya
- Pemahaman pengetahuan (understandingknowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan
- Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut(applying knomledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
- Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi
B. Latar
Belakang Filosofi dan Psikologis CTL
1.
Latar belakang Filosofis
CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat
konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya
dikembangkan oleh Jean Piaget.Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak
sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema
terbentuk karena pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu dinamakan
asimilasi (proses penyempurnaan skema) dan semakin
besar pertumbuhan anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian disebut
dengan proses akomodasi (proses mengubah skema yang
sudah ada hingga terbentuk skema baru).
Sebelum menyusun skema
baru, ia akan dihadapkan pada posisi ketidakseimbangan (disequalibrium) yang
akan mengganggu psikologis anak. Manakala skema telah disempurnakan atau anak
telah berhasil membentuk skema baru, maka anaka akan kembali pada posisi
seimbang (equilibrium), untuk kemudian ia akan dihadapkan pada perolehaqn
pengalaman baru.
Pendapat Piaget tentang bagaimana
sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat
berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model
pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu
akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.
2.
Latar belakang Psikologis
Dipandang dari sudut psikologis, CTL
berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar
terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa
mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses
mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau
pengalaman.
Ada yang
perlu dipahami tentang belajar dalam konteks CTL.
- Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Oleh karena itulah, semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang mereka peroleh
- Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas. Pengetahuan pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia (pola berpikir, pola bertindak, kemampuan memecahkan soal termasuk penampilan). Semakin pengetahuan luas dan mendalam, maka akan semakin efektif dalam berpikir
- Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intelektual tetapi juga mental dan emosi. Belajar secara kontekstual adalah belajar bagaimana akan menghadapi seriap persoalan
- Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang sederhana menuju yang kompleks. Oleh karena itu, belajar tidak dapat sekaligus, akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa.
- Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan anak.
C. Perbedaan
CTL dengan Pembelajaran Konvensional
NO
|
Perbedaan
CTL dengan Pembelajaran Konvensional
|
|
CTL
|
Pembelajaran
Konvensional
|
|
1
|
Siswa
sebagai subjek belajar
|
Siswa
sebagai objek belajar
|
2.
|
Siswa
belajar melalui kegiatan kelompok
|
Siswa
lebih banyak belajar secara individu
|
3.
|
Pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan nyata
|
Pembelajaran
bersifat teoritis dan abstrak
|
4
|
Kemampuan
didasarkan atas pengalaman
|
Kemampuan
diperoleh dari latihan-latihan
|
5
|
Tujuan
akhir kepuasan diri
|
Tujuan
akhir nilai atau angka
|
6
|
Prilaku
dibangun atas kesadaran
|
Prilaku
dibangun oleh factor dari luar
|
7
|
Pengetahuan
yang dimiliki individu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya
|
Pengetahuan
yang dimiliki bersifat absolute dan final, tidak mungkin berkembang.
|
8
|
Siswa
bertanggungjawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran
|
Guru
penentu jalannya proses pembelajaran
|
9
|
Pembelajaran
bisa terjadi dimana saja
|
Pembelajaran
terjadi hanya di dalam kelas
|
10
|
Keberhasilan
pembelajaran dapat diukur dengan berbagai cara
|
Keberhasilan
pembelajaran hanya bisa diukur dengan tes
|
D. Peran
Guru dan Siswa dalam CTL
Setiap siswa mempunyai gaya yang
berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut dinamakan sebagai
unsure modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya belajar
siswa, yaitu:
1. Tipe visual, yaitu gaya belajar dengan cara melihat, artinya siswa akan lebih cepat
belajar dengan cara menggunakan indra penglihatannya
2. Tipe auditorial, yaitu tipe belajar dengan cara
menggunakan alat pendengarannya
3. Tipe kinestis, yaitu tipe belajar dengan
bergerak, bekerja, dan menyentuh
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL.
- Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan tingkat belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Peran guru bukanlah sebagai instruktur / penguasa yang memaksakan kehendak, melainkan sebagai pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
- Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari siswa.
- Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Peran guru adalah membantu agar setiap siswa mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya.
- Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi). Tugas guru adalah memfasilitasi / mempermudah agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.
E.
Asas-Asas CTL
CTL sebagai suatu pendekatan
pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL
1.
Konstruktivisme
Kontruktivisme adalah proses
pembangunan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman.Menekankan bahwa pembelajaran tidak semata sekedar menghafal,
mengingat pengetahuan. Akan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar
dimana siswa sendiri aktif secara mental. Membangun pengetahuannya, yang
didasari oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya. Menurut kontrutivisme,
pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan
dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor
penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk
menginterpretasi objek tersebut.
Pengetahuan yang hanya diberikan
tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Atas dasar itulah maka penerapan
asas konstruksi dalam pembelajaran CTL, siswa didorong untuk mampu
mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.
2. Inkuiri
Inkuiri adalah proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara
sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah
fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Melalui proses itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual,
mental, emosional, maupun pribadinya. Proses inkuiri dilakukan dalam
beberapa langkah:
- Merumuskan masalah
- Mengajukan hipotesis
- Mengumpulkan data
- Menguji hipnotis berdasarkan data yang ditemukan
- Membuat kesimpulan
Penerapan asas ini dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang
jelas yang ingin dipecahkan. Dengan demikan siswa didorong untuk menemukan
masalah. Jika masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas,
selanjutnya siswa dapat mengajukian hipotesis atau jawaban sementara sesuai
dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntun siswa
untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data. Jika data sudah
terkumpul maka siswa dituntun untuk menguji hipotesis sebagai dasar dalam
merumuskan kesimpulan. Melalui proses berpikir yang sistematis seperti diatas,
siswa diharapkan memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis, yang semuanya
diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas.
3. Bertanya
(Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah
bertanya dan menjawab pertanyaan.Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan
seseorang dalam berfikir. Guru tidak
menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat
menemukan sendiri.
Dalam suatu pembelajaran yang
produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:
a)
menggali informasi dan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran
b)
membangkitkan motvasi siswa untuk belajar
c)
merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuat
d)
memfokuskan siswa pada suatu yang diinginkan
e)
membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu
Dalam setiap tahapan dan proses
pembelajaran kegiatan bertanya hampir selalu digunakan. Oleh karena itu,
kemampuan guru u8ntuk mengembangkan teknik-teknik bertanya sangat diperlukan.
4.
Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep Masyarakat Belajar dalam CTL
menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang
lain. Dalam kelas CTL, asas ini dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran
melalui kelompok belajar.Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok heterogen, baik
dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan
minatnya.
Dalam hal tertentu guru dapat
mengundang orang-orang yang dianggap memiliki keahlian khusus untuk
membelajarkan siswa. Misalnya, dokter untuk memberikan atau membahas masalah
kesehatan, para petani, tukang reparasi radio, dll. Setiap orang bisa saling
terlibat, bisa saling membelajarkan, bertukar informasi, dan bertukar
pengalaman.
5. Pemodelan
(Modeling)
Merupakan proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Membahasakan yang ada dalam pemikiran adalah salah satu bentuk dari
pemodelan.Jelasnya pemodelan adalah membahasakan yang dipikirkan,
memdemonstrasi bagaimana guru menghendaki siswanya untuk belajar dan melakukan
sesuatu.Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model.Model
bisa dirancang dengan melibatkan siswa atau bisa juga mendatangkan dari luar.
6. Refleksi
(Reflection)
Merupakan proses pengendapan
pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui. Refleksi
merupakan cara berpikir atu merespon tentang apa yang baru dipelajari. Berpikir
ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Praktek dalam
pembelajarannya adalah guru menyiapkan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan
refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang sudah diperoleh pada
hari itu.
Adalah proses yang dilakukan guru
untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa member gambaran
mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru, agar siswa dapat memastikan
bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar.Fokus penilaian adalah pada
penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual. Evaluasi dilakukan terhadap
proses maupun hasil.
F.
Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL
a.
Pola
Pembelajaran Konvensional
Untuk
mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai
berikut:
- Siswa disuruh untuk membaca buku tentang pasar
- Guru menyampaikan materi pelajaran
- Guru memberikan kesempatan pada siswa untk bertanya
- Guru mengulas pokok-pokok materi pelajaran yang telah disampaikan dan dilanjutkan dengan kesimpulan
- Guru melakukan post-tes
- Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat karangan sesuai dengan tema “pasar”
Model
pembelajaran diatas jelas bahwa sepenhnya ada pada kendali guru.
b.
Pola
Pembelajaran CTL
Untuk
mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai
berikut:
- Pendahuluan
·
Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai
serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materin yang akan
dipelajari.
·
Guru menjelaskan prosedur pembelajaran
CTL.
- Inti
Kegiatan yang dilakukan dilapangan dan didalam kelas.
- Penutup
Dengan bantuan guru, siswa membuat kesimpulan atas observasinya.
Pada
CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung dalam
kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau
menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling
membelajarkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar