BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Belajar
adalah hal yang pokok melekat pada diri peserta didik mulai dari tingkat
Sekolah Dasar sampai dengan tingkat Perguruan Tinggi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor internal dan factor eksternal. Hasil
belajar yang baik akan diperoleh jika berusaha secara maksimal dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh pendidik itu tepat, serta peserta didik harus memiliki minat terhadap
pelajaran tersebut.
Setiap peserta
didik mempunyai karakteristik yang beragam. Salah satu peserta didik dapat
menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami
berbagai kesulitan, sedangkan tidak sedikit pula ada peserta didik yang dalam
belajarnya mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan
oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar dan dapat bersifat
psikologis, sosiologis maupun fisiologis sehingga pada akhirnya prestasi
belajar yang dicapai di bawah semestinya. Salah satu faktor yang menghambat adalah kurangnya minat peserta didik
terhadap pelajaran tersebut.
Masyarakat beranggapan bahwa salah satu
mata pelajaran yang menjadi tolak ukur kecerdasan dan kepandaian anak dalam
belajar adalah mata pelajaran
matematika. Menurut mereka matematika adalah mata pelajaran yang paling
baik, berkualitas, dan paling tinggi kedudukannya dibandingankan dengan
pelajaran lain. Tetapi
mata pelajaran matematika adalah mata
pelajaran yang paling ditakuti oleh
kebanyakan peserta didik dan
hanya diminati oleh segelintir peserta didik saja. Hal ini dikarenakan Matemtika dianggap pelajaran
yang sangat sulit dan menakutkan. Hal ini terlihat dari pembelajaran yang masih
rendah selain itu juga ada faktor yang berperan dalam keberhasilan pembelajaran
matematika antara lain kurangnya pemahaman materi, penggunaan metode yang
kurang tepat, media yang kurang menarik, proses KBM yang kurang variatif, dan
yang terlihat jelas adalah guru belum bisa menumbuhkan minat
siswa terhadap pelajaran Matematika
itu sendiri, yang akibatnya
siswa kurang termotivasi dalam belajar Matemtika.
Hasil belajar merupakan hasil dari usaha
yang telah dilakukan. Belajar Matematika
memerlukan strategi yang tepat supaya dapat memperoleh hasil yang maksimal dan
berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik. Di sini guru harus dapat
menggunakan metode dan cara belajar yang
menarik supaya minat belajar matematika siswa itu tinggi.
Salah satu usaha guru untuk meningkatkan
hasil belajar peserta didik yaitu dengan cara pemberian tugas (Metode Resitasi). Pemberian tugas ini
bertujuan supaya siswa tetap belajar di rumah dan memanfaatkan waktu di luar
pelajaran jam sekolah, sehingga siswa yang kurang paham terhadap materi yang
disampaikan akan lebih mengerti karena adanya latihan di rumah.
Dalam makalah yang berjudul “Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar Siswa
dalam Pembelajaran Matematika” ini, selain bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan, juga untuk meningkatkan minat siswa terhadap Matematika dengan
memberi
tahu bahwa pelajaran matematika tidaklah sulit dan menakutkan, melainkan bisa
dijadikan pelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Matematika ?
2. Apa saja strategi pembelajaran Matematika ?
3. Bagaimana minat siswa terhadap pelajaran Matematika ?
4. Bagaimana pengaruh pemberian tugas terhadap minat belajar
siswa dalam pembelajaran Matematika ?
4.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Matematika.
2. Untuk
mengetahui strategi pembelajaran Matematika.
3. Untuk
mengetahui minat siswa terhadap pelajaran Matematika.
4. Untuk
mengetahui pengaruh pemberian tugas terhadap minat
belajar siswa dalam pembelajaran Matematika.
4.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat
Teoritis
Untuk
mengetahui apakah pemberian tugas dapat mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pembelajaran Matematika di kelas
1 SMP ISLAM TIRTAYASA di lingkungan pakupatan ?
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi
Peneliti
Mendapatkan pengalaman
secara langsung dalam pembelajaran Matematika
dan sebagai tambahan dokumen ilmiah agar dapat ditindaklanjuti oleh peneliti
selanjutnya.
b. Bagi
siswa
Siswa yang mempunyai minat kurang terhadap pelajaran Matematika dapat terbantu dengan diberikannya tugas. Sehingga minat siswa terhadap pelajaran Matematika semakin
meningkat.
c. Bagi
Pembaca
Dapat menambah wawasan untuk
meningkatkan minat serta hasil
pembelajaran Matemaika
terutama di SMP.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1
Pengertian Matematika
Pengertian matematika menurut para ahli:
·
Menurut
Riedesel:
Matematika adalah kumpulan kebenaran dan aturan. Matematika bukanlah sekedar berhitung, melainkan
juga sebuah bahasa, kegiatan pembangkitan
masalah dan pemecahan masalah, kegiatan menemukan dan mempelajari pola serta
hubungan.
·
Menurut
Prof. Dr. Andi Hakim Nasution: Matematika adalah ilmu struktur, urutan, dan hubungan yang
meliputi dasar-dasar perhitungan, pengukuran, dan penggambaran bentuk objek.
·
Menurut
Susilo:
Matematika bukanlah sekedar kumpulan angka, simbol, dan rumus yang tidak ada
kaitannya dengan dunia nyata. Justru sebaliknya, Matematika tumbuh dan berakar dari
dunia nyata.
·
Menurut
Yansen Marpaung: Matematika
adalah ilmu yang dalam perkembangannya penggunaanya menganut metode deduksi.
·
Menurut
Suwarsono:
Matematika adalah ilmu yang memiliki sifat khas yaitu; objek bersifat abstrak,
menggunakan lambang-lambang yang tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
dan proses berpikir yang dibatasi oleh aturan-aturan yang ketat.
Dari hasil penelitian faktor yang
mempengaruhi rendahnya pemahaman siswa terhadap matematika adalah :
1. Para siswa masih merasa malas untuk
mempelajari matematika karena terlalu banyak rumus.
2. Para siswa menganggap bahwa
pelajaran matematika adalah pelajaran yang membosankan.
3. Guru tidak memberi kesempatan yang
cukup kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya.
4. Matematika masih sulit dipahami oleh
siswa.
5. Soal matematika yang diberikan sulit
untuk dikerjakan.
6. Siswa masih merasa bingung dalam
mengaplikasikan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
7. Soal yang diberikan adalah soal-soal
rutin yang kurang meningkatkan kemampuan berpikir matematika siswa.
8. Soal yang diberikan tidak
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan siswa belum terbiasa diberikan
soal-soal tidak rutin.
Selain yang telah disebutkan diatas, faktor lainnya adalahrasa kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran Matematika. Kecemasan
siswa dalam menghadapipelajaran matematika dapat diartikan sebagai keadaan
emosi siswa yang tidak menyenangkan,yang dicirikan dengan kegelisahan,
ketidakenakan, kekhawatiran, ketakutan yang tidak mendasarbahwa akan terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan ketika siswa menghadapi pelajaran matematika. Berdasarkan
hasil penelitian, ada tiga bentuk gejala kecemasan siswa dalammenghadapi
pelajaran matematika, yaitu :
1.
Gejala fisik atau emotionality, seperti : tegang saat mengerjakan soal matematika,
gugup,berkeringat, tangan gemetar ketika harus menyelesaikan soal matematika
atau ketika mulaipelajaran matematika.
2.
Gejala kognitif atau worry, seperti : pesimis dirinya tidak mampu mengerjakan
soalmatematika, khawatir kalau hasil pekerjaan matematikanya buruk, tidak yakin
dengan pekerjaanmatematikanya sendiri, ketakutan menjadi bahan tertawaan jika
tidak mampu mengerjakan soalmatematika.
3.
Gejala perilaku, seperti : berdiam diri karena takut ditertawakan, tidak mau mengerjakan
soalmatematika karena takut gagal lagi dan menghindari pelajaran matematika.[1]
Dengan adanya
rasa kecemasan tersebut, maka siswa tidak akan bisa memahami pelajaran
matematika. Agar peserta didik dapat memahami pelajaran matematika dan
mempunyai hasil belajar yang baik, maka siswa harus terlebih dahulu
menghilangkan rasa kecemasan tersebut dan mulai menumbuhkan minat terhadap
pelajaran matemtika tersebut.
2.1.2
Strategi
Pembelajaran Matematika
A. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Pengajaran
Langsung merupakan suatu model pengajaran yang bersifat teacher center.
Dalam menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah
demi langkah, dan menerangkan tiap detil keterampilan atau isi yang didefinisikan
secara seksama.
Sistem
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya
keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi
(tanya jawab) yang terencana. Pada model pembelajaran langsung terdapat lima
fase yang sangat penting, seperti pada tabel berikut.
Tabel Sintaks Model Pengajaran
FASE-FASE
|
PRILAKU GURU
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan
siswa
|
Guru menyampaikan tujuan, informasi
latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran ini, mempersiapkan siswa untuk
belajar
|
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan
|
Guru mendemonstrasikan keterampilan
yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
|
Fase 3
Membimbing pelatihan
|
Guru merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan awal
|
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik
|
Mencek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
|
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan
untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
|
Guru mempersiapkan kesempatan
melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada
situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
|
Tahapan-tahapan pembelajaran model pengajaran langsung :
1. Menyiapkan dan memotivasi siswa.Tujuan langkah
ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk
berperan serta dalam pelajaran itu.
2. Menyampaikan tujuan. Siswa perlu
mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran
tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran.
3. Presentasi dan Demonstrasi. Fase ini merupakan fase kedua pengajaran langsung. Kunci
keberhasilan kegiatan demonstrasi ialah tingkat kejelasan demostrasi informasi
yang dilakukan dan mengikuti pola-pola demonstrasi yang efektif.
4. Mencapai kejelasan.Kemampuan guru untuk memberikan informasi
yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap
proses belajar mengajar.
5. Melakukan demonstrasi.Belajar dengan meniru tingkah laku
orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error.”
6. Mencapai pemahaman dan penguasaan. Untuk menjamin
agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar, guru perlu memperhatikan
semua yang terjadi pada tahap demonstrasi, dan berupaya agar segala sesuatu yang
didemonstrasikan benar.
7. Berlatih. Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar
diperlukan latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari
keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
8. Memberikan latihan Terbimbing. Keterlibatan
siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar
berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan
konsep/keterampilan pada situasi yang baru.
B. Model
Pembelajaran Kooperatif Learning
Cooperative
learning merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada
pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam
kelompok-kelompok kecil. Strategi
ini dilengkapi dengan LKS yang berisi tugas atau pertanyaan yang harus
dikerjakan siswa. Selama bekerja dalam kelompok, setiap anggota kelompok
berkesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan memberikan respon terhadap
pendapat temannya, menjelaskan
kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan
teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya. Berikut ini model pembelajaran yang
mewakili model-model cooperative learning.
1.
Student teams achievement division (STAD)
2.
Jigsaw (model tim ahli)
3.
Group investivigation go a round (infvestigasi
kelompok)
4.
Think pair and share
5.
Make a match (membuat pasangan)
6.
Pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)
7.
Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated
Instruction)
8.
Model
pembelajaran Bertukar Pasangan
9.
Model
pembelajaran Two Stay Two Stray / Dua Tinggal Dua Tamu
10. Pair Check
11. Model Pembelajaran Berpikir-Berpasangan-Berempat dalam mengembangkan
Kecakapan Komunikasi
12. Tipe Berkirim Salam dan Soal
13. Tipe
Kepala Bernomor
14. Kepala Bernomor Struktur
15. Model Pembelajaran Snowball Throwing
16. Bola Salju
(Snowballing)
17. Model
Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok
18. Model Pembelajaran Model Picture and Picture
19. Lingkaran
Besar Dan Lingkaran Kecil (Inside – Outside – Circle)
20. Bercerita Berpasangan
21. Bamboo
Dancing
22. Kancing Gemerincing
C.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBL)
Terdapat 5 fase
yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
1.
Fase 1
Mengorientasikan mahasiswa pada masalah
menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa
terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2.
Fase 2
Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar
membantu mahasiswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah yang dihadapi.
3.
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu maupun
kelompok, mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan.
4.
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya, membantu mahasiswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
5.
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah, membantu mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan
dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.
D.
Metode Missouri Mathematics Project
(MMP)
Metode MMP yang secara empiris
melalui penelitian, dikemas dalam struktur yang hampir sama dengan Struktur
Pengajaran Matematika (SPM). Secara sederhana tahapan kegiatan
dalam SPM adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan : Apersepsi, revisi, motivasi, introduksi.
2. Pengembangan : Pembelajaran konsep/prinsip.
3. Penerapan : Pelatihan
penggunaan konsep / prinsip, pengembangan, skill, dan evaluasi.
4. Penutup: Penyusunan rangkuman, penugaan.
Adapun
langkah-langkah metode MMP adalah sebagai berikut :
1.
Review
-
Meninjau ulang pelajaran yang lalu
-
Membahas PR
2.
Pengembangan
-
Penyajian ide baru, perluasan konsep matematika terdahulu
-
Penjelasan, diskusi, demostrasi dengan contoh konkret yang
sifatnya piktorial dan simbolik
3.
Latihan
Terkontrol
-
Siswa
merespon soal
-
Guru
mengamati
-
Belajar
kooperatif
4.
Seatwork
-
Siswa
bekerja sendiri untuk latihan
-
Perluasan konsep pada langkah 2
5.
PR
-
Tugas
PR Soal Review
E.
Metode Penemuan Terbimbing
Metode penemuan
terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa jika diperlukan.
Dalam metode ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri,
sehingga dapat ‘menemukan’ prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah
disediakan guru. Secara sederhana, peran siswa dan guru dalam metode penemuan
terbimbing ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Penemuan Terbimbing
|
Peran Guru
|
Peran Siswa
|
Sedikit bimbingan
|
Menyatakan
persoalan
|
Menemukan
pemecahan
|
Banyak bimbingan
|
Menyatakan
persoalan, dan Memberikan
bimbingan
|
Mengikuti
petunjuk, dan Menemukan
penyelesaian
|
Agar
pelaksanaan Metode Penemuan Terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa
langkah yang mesti ditempuh oleh guru Matematika adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah yang akan
diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusannya harus jelas,
hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh
siswa tidak salah.
2. Dari data yang diberikan guru, siswa
menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal
ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini
sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui
pertanyaan-pertanyaan.
3. Siswa menyusun konjektur (prakiraan)
dari hasil analisis yang dilakukannya.
4. Bila perlu, konjektur yang telah
dibuat oleh siswa diperiksa oleh guru. Hal ini untuk meyakinkan kebenaran
prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
5. Apabila telah diperoleh kepastian
tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan
kepada siswa untuk menyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi
tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.
6. Sesudah siswa menemukan apa yang
dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk
memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.
2.1.3
Minat
Siswa Terhadap Pelajaran Matematika
A.
Pengertian
Minat
B.
Minat
Siswa Terhadap Pelajaran Matematika
Terdapat dua hal yang
menyangkut adanya minat :
1.
Minat pembawaan, minat yang muncul
dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain baik kebutuhan maupun
lingkungan. Minat
semacam ini biasanya muncul berdasarkan bakat yang ada.
2.
Minat muncul karena adanya pengaruh
dari luar, maka minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh dari
luar, seperti lungkungan orang tua dan bisa saja gurunya.
v Hubungan Antara
Minatdengan Prestasi Siswa
Minat dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi
tertentu. Seorang siswa yang berminat pada matematika akan memusatkan
perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lain. Karena pemusatan perhatian
intensif terhadap materi, siswa akan belajar lebih giat dan mencapai prestasi
yang diinginkan. Pada diri siswa terdapat minat khusus yang berbeda satu sama
lain.
v Faktor yang Mempengaruhi
Minat Siswa Terhadap Pelajaran
Matematika
1.
Guru
Seorang guru harus dapat menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam menyajikan materi agar dapat menimbulkan
semangat pada siswa untuk mempelajari suatu materi yang diberikan. Jika seorang
guru tidak dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan , maka akan
menimbulkan rasa kejenuhan pada diri siswa yang dapat berakibat pada menurunnya
minat siswa terhadap pelajaran matematika.
2.
Keluarga
Dorongan dari orang tua dapat
membangkitkan siswa untuk lebih semangat dalam belajar. Namun apabila seorang
siswa tidak mendapatkan dukungan dari orang atau keluarga mereka, maka
akan menimbulkan rendahnya minat siswa terhadap suatu pelajaran.
3.
Materi Pelajaran
Seorang siswa akan lebih menyukai suatu
pelajaran apabila mereka dapat memahami materi dengan baik. Namun jika mereka tidak
dapat memahami materi maka dapat menimbulkan rasa bosan dan rasa kejenuhan
dalam mempelajari materi. Faktor yang mempengaruhi ini antara lain :
-
Siswa merasa tertantang dengan materi yang dipelajarinya
-
Siswa dapat memecahkan soal Matematika
-
Materi tidak banyak hafalan
-
Materi menarik
4.
Sarana Belajar
Tersedianya sarana belajar yang memadai
dapat mendukung para guru dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Hal ini dapat dimulai dengan mengambil suatu alat peraga sebagai media
penyampaian materi pelajaran. Biasanya penyajian materi seperti ini akan
meningkatkan semangat siswa dalam mempelajari suatu pelajaran. Permasalahan yang ditemukan dalam
pembelajaran matematika adalah
kebanyakan guru tidak mengawali pembelajaran dengan mengambil benda di sekitar
sebagai media pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran di kelas kurang
bermakna.
5.
Kemampuan Siswa
Apabila siswa tidak memiliki kemampuan
yang baik dalam menerima materi yang telah diberikan, maka akan berakibat
munculnya rasa kurang tertarik siswa untuk mempelajari materi. Rasa kurang
tertarik ini disebabkan karena siswa merasa kesulitan dalam menerima materi.
v
Upaya Untuk Meningkatkan Minat Siswa
1.
Guru yang Profesional
Maksudnya adalah guru
yang benar-benar menguasai materi pelajaran sehingga dapat menyampaikan materi
dengan baik kepada siswa. Guru yang profesional juga harus bisa membawa semua
siswanya kedalam suasana belajar yang menyenangkan agar siswa merasa senang
dalam menerima materi yang diberikan. Karena gaya, metode dan teknik guru dalam
mengajar mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menarik minat siswa
terhadap matematika.
2.
Penyajian Materi yang Baik dan
Menyenangkan
Guru harus bisa membawa semua siswanya
kedalam suasana belajar yang menyenangkan agar siswa merasa senang dalam
menerima materi yang diberikan. Karena gaya, metode dan teknik guru dalam
mengajar mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menarik.Penyajian materi
yang menyenangkan dapat membawa siswa nyaman dengan suasana belajar.
3.
Penyediaan Sarana Belajar
Ketersediaannya sarana belajar yang
memadai dapat mendukung para guru dalam menyampaikan materi matematika kepada
siswanya. Cara pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan rasa suka terhadap pelajaran
matematika pada siswa. Karena dengan mengetahui kesenangan siswa akan membantu
para pengajar dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan rendahnya minat
siswa terhadap pelajaran matematika.
4.
Pemberian Latihan Soal (TUGAS)
Pemberian latihan soal (Tugas) dapat
meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan
apabila siswa dapat memecahkan soal matematika, maka besar kemungkinan dapat
memacu rasa keingintahuan siswa untuk mempelajari materi lebih jauh. Sehingga
semakin banyak soal yang dapat merea pecahkan, maka akan semakin berpengaruh
pada meningkatnya minat siswa terhadap pelajaran matematika. Upaya inilah
yang akan dibahas lebih lanjut oleh pemakalah.
2.1.4
Pengaruh
Pemberian
Tugas Terhadap Minat Belajar Siswa
dalam Pembelajaran Matematika
A. Cara
Melaksanakan Pemberian Tugas
Tugas ini diberikan kepada para siswa
pada akhir pelajaran, pokok bahasan atau sub pokok bahasan, bahkan pertemuan.
Tugas yang diberikan hendaknya dipersiapkan dengan baik oleh guru sehingga,
dapat melahirkan penguasaan atas pengetahuan dan keterampilan tertentu. Guru
membuat soal, baik sewaktu mengajar atau pun sebelumnya, Jumlah soal yang
diberikan harus mencakup seluruh bahan yang diajarkan pada bahasan waktu itu,
bahkan di upayakan ada bahan yang bersifat mengulang pelajaran yang telah lalu.
Guru hendaknya memberikan penjelasan yang cukup tentang materi tersebut
sehingga tidak timbul kesalahpahaman dalam pelaksanaannya. Guru hendaknya
membimbing pekerjaan tersebut, terutama bila para siswa mengalami kesulitan
serta memberikan petunjuk penyelesaiannya.
Pemeriksaan
terhadap tugas tersebut
dapat dilakukan beberapa menit sebelum pelajaran dimulai atau guru menyediakan
waktu ekstra untuk itu. Ketika para siswa tidak mengerjakan tugas, atau tugasnya belum selesai, dapat diberikan hukuman yang bersifat edukatif demi mendorong
motivasi mereka.
B. Manfaat
Pemberian Tugas
Cara ini akan mendapat manfaat apabila dilakukan
dengan baik seperti contoh berikut. Tugas tersebut merupakan pengulangan dan
pemantapan pengertian murid pada pelajaran yang diberikan. Dengan dasar
learning by doing, diharapkan kesan pada diri anak akan lebih mendalam dan
mudah diingat (adanya penambahan frekuensi belajar). Adanya kesempatan untuk
bertanya setelah menghadapi soal/perintah yang tak terpecahkan, dan pemberian
tugas.
Dengan demikian keterbatasan waktu di kelas untuk
memecahkan suatu masalah atau pemahaman suatu materi akan terpecahkan (adanya
penambahan waktu belajar siswa).
Manfaat lainnya yaitu :
1.
Para siswa berkesempatan memupuk
perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif dan bertanggungjawab.
Mereka
akan mengerjakan tugas tersebut
karena adanya rasa takut/malu mendapatkan hukuman atau dengan kesadarannya
sendiri.
2.
Pengetahuan yang diperoleh para pelajar
dari hasil minat mereka lebih dirasakan kegunaannya untuk belajar mereka
3.
Metode ini mengembangkan kreatifitas
siswa.
Siswa
didorong untuk mencari sendiri bahan/sumber pengetahuan yang berkaitan dengan
apa yang mereka pelajari
C. Kelemahan
Pemberian Tugas
1. Seringkali
siswa tidak mengerjakan tugas
dengan kemampuan sendiri, melainkan meniru/menyontek atau pun ikut-ikutan
dengan alasan kerjasama.
2. Guru
kurang konsekuen memeriksa dan menghargai pekerjaan murid.
3. Sukar
untuk memberikan tugas secara individual sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuan siswa sendiri.
4. Para
siswa mengerjakan tugas
tidak mengikuti cara yang telah diajarkan oleh guru/buku.
5. Para
siswa lambat memahami keterangan dari guru.
6. Pemberian tugas akan mengurangi waktu siswa untuk
mempelajari mata pelajaran yang lain.
7. Guru tidak
mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
8. Guru terlalu
memberikan tugas yang monoton.
9. Pemberian tugas
yang terlalu sering akan menimbulkan kelelahan karena tugas tersebut yang
terlalu berat.
D. Upaya
Mengekfektifkan Pemberian Tugas
1. Tugas yang
diberikan harus jelas.
2. Tempat dan lama
waktu penyelesaian tugas harus jelas.
3. Tugas yang
diberikan terlebih dahulu harus dijelaskan atau diberikan petunjuk yang jelas
agar siswa yang belum mampu memahami tugas itu dapat berupaya untuk
menyelesaikannya.
4. Guru harus
memberikan bimbingan utamanya pada siswa yang lambat atau kurang bergairah
dalam menyelesaikan tugas.
5. Tugas
yang diberikan mempunyai pertalian erat dengan bahan yang telah dijelaskan di
kelas.
6. Usahakan
tugas yang diberikan disadari benar manfaatnya oleh siswa guna menimbulkan
minat yang lebih besar.
7. Tugas yang diberikan jangan terlalu banyak, agar tidak
mengurangi waktu siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang lain.
8. Waktu
yang diberikan untuk melaksanakan tugas tidak terlalu lama atau pendek agar
tidak menimbulkan kejemuan ataupun kecemasan.
9. Upayakan
agar siswa tahu tentang alat dan cara menilai hasil pekerjaan tersebut sehingga
akan mengurangi banyaknya kesalahan dan rendahnya nilai.
10. Guru
tidak sungkan memberikan hadiah kepada mereka yang berhasil serta hukuman
kepada mereka yang tidak mengerjakannya dengan konsekuen.
E.
Pengaruh
Pemberian Tugas Terhadap Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika
2.2 Kerangka Berpikir
Dalam kegiatan belajar mengajar keahlian guru
memberikan petunjuk atau belajar adalah suatu hal yang penting. Karena hal
tersebut dapat menunjang hasil belajar siswa yang dicapai. Untuk itu dalam
pembelajaran matematika di SMP
guru memberikan tugas, seperti
Pekerjaan Rumah (PR), untuk meningkatkan minat siswa
terhadap pelajaran Matematika.
Pemberian tugas ini dengan tujuan supaya siswa dapat
lebih giat lagi dalam belajar sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, yaitu meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran
Matematika.
Minat siswa terhadap pelajaran Matematika
|
Pemberian
tugas
|
Pelajaran
Matematika
|
2.3 HIPOTESIS
Pemberian tugas
dapat meningkatkan minat siswa
kelas 1 SMP ISLAM TIRTAYASA di lingkungan Pakupatan terhadap pelajaran Matematika.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penilitian
Subjek penelitian
tindakan ini adalahsiswa kelas I
SMP ISLAM TIRTAYASA di Pakupatan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Penelitian
yang berjudul “Pengaruh Tugas
Terhadap Minat Belajar Siawa dalam Pembelajaran Matematika”
dilaksanakan diruang kelas 1 SMP
ISLAM TIRTAYASA lingkungan Pakupatan.
2. Waktu
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan pada tanggal 18
Mei 2015.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data di atas meliputi: observasi, wawancara, dan angket. Secara singkat diuraikan sebagai
berikut:
1. Observasi
Dalam
hal ini observasi dilakukan untuk melihat seberapa jauh tindakan yang telah
mencapai sasaran dan mengetahui keefektifannya.Dalam Observasi ini, peneliti melihat proses belajar mengajar pada
pembelajaran Matematika di kelas 1 SMP ISLAM TIRTAYASA.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan dan
pencatatan data, informasi, dan atau pendapat yang dilakukan melalui percakapan
dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan narasumber.
Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan
secara langsung antara pewawancara (interviewer) dengan orang yang
diwawancarai (interviewee) tanpa melalui perantara. Sedangkan wawancara
tidak langsung artinya pewawancara menanyakan sesuatu melalui perantara orang
lain, tidak langsung kepada sumbernya.
Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan secara
langsung artinya tanya jawab kepada 3
orang siswa kelas 1 dan guru
Matematika kelas 1 SMP ISLAM TIRTAYASA di lingkungan Pakupatan secara langsung tanpa perantara.
3.
Angket
Angket adalah
Proses pemberian angket dalam penelitian ini dilakukan
dengan memberikan selembaran kertas berisi beberapa pernyataan mengenai
pembelajaran Matematika dan pemberian tugas kepada semua siswa di kelas 1 SMP
ISLAM TIRTAYASA.
3.4
VALIDITAS DATA
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Dalam penelitian data
yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh
peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian.
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan beberapa
teknik. Data ini dianalisis setelah praktisi dan peneliti melakukan tindakan
dalam pembelajaran matematika setelah guru memberikan tugas.
Adapun validitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1.
Member check
Member
Check merupakan teknik validasi data yang dilakukan dengan
cara memeriksa kembali semua informasi/ keterangan yang diperoleh melalui
kegiatan observasi atau wawancara dari narasumber. Dalam kegiatan ini peneliti
mengkonfirmasikan tentang temuan yang diperoleh, baik kepada guru ataupun siswa
melalui kegiatan reflektif kolaboratif pada setiap akhir pelajaran. Tujuannya
untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data.
2.
Triangulasi
Triangulasi
merupakan
teknik validasi data yang dilakukan dengan cara memeriksa kebenaran hipotesis
konstruk, atau analisis yang peneliti timbulkan sendiri dengan cara
membandingkannya dengan hasil orang lain, misalnya orang yang menjadi mitra
dalam penelitian yang turut hadir pada saat penelitian berlangsung serta ikut menyaksikan
situasi yang sama. Kegiatan triangulasi
dalam penelitian dilakukan melalui reflektif
kolaboratif antara guru (praktikan), peneliti, dan siswa.
3.5 Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
kualitatif, meliputi tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan dan terus
menerus selama dan setelah pengumpulan data yaitu:
1.
Reduksi
Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasikan.
2.
Penyajian
Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang
disusun yang dapat memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan
penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan yang tepat. Penyajian data dalam
penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan ringkasan.
3.
Penarikan
Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan makna-makna yang muncul
dari data yang harus diuji kebenarannya dan kecocokannya, yakni yang berupa
validitasnya. Dalam tahapan untuk menarik kesimpulan dari kategori-kategori
data yang telah direduksi dan disajikan untuk selanjutnya menuju kesimpulan
akhir yang mampu menjawab permasalahan yang ada.
3.6 Prosedur
Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian yang
dilakukan peneliti berbentuk siklus. Penelitian yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus. Siklus pertama dan
kedua, masing-masing dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan Model Spiral yaitu model siklus yang dilakukan secara
berulang dan berkelanjutan.
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Pelajaran
matematika menjadi momok dikalangan siswa. Siswa menganggap bahwa pembelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit,
untuk mempelajarinya
dibutuhkan kemauan, kemampuan,
dan kecerdasan tertentu, bahkan mereka menganggap matematika adalah pelajaran
yang kurang menarik dan kurang
menyenangkan. Dengan timbulnya persepsi seperti itu, maka minat belajar
siswa terhadap Matematika akan berkurang, bahkan tidak berminat sama sekali. Mereka merasa tidak termotivasi
untuk belajar matematika dan sulit untuk bisa meyenangi matematika sehingga
pada akhirnya mengakibatkan hasil belajar matematika menjadi kurang memuaskan.
Hal
ini sebenarnya tidak terlepas dari kesiapan guru, kesiapan siswa, kurikulum,
dan metode penyajiannya, sehingga tidak mengherankan bahwa minat siswa terhadap matematika kurang.
Guru
harus dapat meningkatkan atau
menumbuhkan minat siswa terhadap pelajaran matematika
tersebut, bahkan
menumbuhkan rasa cinta terhadap Matematika. Guru harus memahami
psikologi atau karakter masing-masing siswa, agar guru dapat mengatahui metode
pembelajaran yang tepat untuk siswanya. Guru juga harus bisa membuat matematika
menjadi mata pelajaran yang disenangi, supaya peserta didik memiliki pandangan
atau persepsi yang lebih baik lagi terhadap matematika, sehingga akan mendorong
peserta didik untuk lebih semangat dan termotivasi dalam belajar. Sehingga
hasil belajar matematika menjadi lebih baik lagi. Karena jika minat siswa terhadap Matematika rendah, maka
akan berdampak buruk pada hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan minat siswa terhadap
Matematika adalah dengan menggunakan Metode Resitasi (Pemberian Tugas).
Hubungan
antara pemberian tugas
dengan minat belajar siswa terhadap Matematika searah. Artinya,
untuk mendapatkan hasil belajar yang tinggi maka peserta didik harus terlebih dahulu mempunyai minat yang tinggi pula
terhadap pelajaran Matemtika, dan salah satu cara untuk meningkatkan minat
belajar siswa tersebut dengan memberika tugas pada pelajaran Matemtika.
Jadi apabila minat
peserta didik pada mata pelajaran matematika tinggi, maka hasil belajar matematika
peserta didik juga baik, dan sebaliknya.
Salah satu metode yang bisa
diperkenalkan pada konsep dasar matematika agar minat siswa
terhadap Matematika semakin tinggi lagi, yaitu Metode Resitasi
(Pemberian Tugas).
Metode ini dilakukan dengan cara memberikan tugas di akhir
pelajaran selesai, yaitu dengan memberikan tugas yang sesuai dengan materi atau
pokok bahasan yang telah dipelajarinya di kelas.
Matematika adalah bahan kajian yang objeknya abstrak dan
terstruktur, tersusun atas konsep-konsep yang saling berhubungan, memiliki
keterkaitan yang kuat dan jelas, dibuat secara deduktif untuk membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam, yang
terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.
5.2
SARAN
a. Bagi
peserta didik
Peserta
didik harus bisa meningkatkan minat
belajarnya terhadap Matematika
dan harus lebih sering mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan. Hal inidikarenakan pelajaran matematika merupakan pokok
dari pelajaran lain khususnya IPA, jika pelajaran matematika mampu dikuasai
dengan baik maka untuk pelajaran yang lain tidak akan mengalami kesulitan yang
berarti. Peserta didik harus memperhatikan guru saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung, serta selalu aktif bertanya jika mengalami kesulitan dalam
memahami materi dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Bagi
guru
Setelah
guru mengetahui minat belajar
peserta didik dan hasil belajar peserta didik pada pelajaran Matematika diharapkan
guru mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan memberikan berbagai
metode pembelajaran yang sesuai dan mampu menumbuhkan sikap senang/positif pada
matematika, salah satunya
dengan Metode Resitasi (Metode Pemberian Tugas), sehingga peserta didik akan lebih tertantang dan semakin
bersemangat untuk mengikuti pembelajaran Matematika, dan minat
peserta didik pada mata pelajaran Matematika
menjadi meningkat dengan sendirinya. Sebagai guru kita harus bisa membuat
matematika menjadi mata pelajaran yang disenangi, supaya peserta didik memiliki
minat yang lebih besar lagi terhadap Matematika, sehingga
akan mendorong peserta didik untuk lebih semangat dan termotivasi dalam
belajar. Dengan demikian diharapkan hasil belajar matematika menjadi lebih baik
lagi.
c. Bagi
sekolah
Sekolah
diharapkan mampu menyediakan referensi dan sarana belajar yang lebih banyak bagi peserta didik
sehingga peserta didik tidak hanya belajar dari hasil yang disampaikan oleh guru
dan sekolah, diharapkan juga mampu memberikan stimulus berupa penghargaan bagi
peserta didik yang berprestasi sehingga peserta didik akan termotivasi untuk
menyukai matematika.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber
Buku :
Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Sumber Jurnal :
[1]EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN GOTONG ROYONG(COOPERATIVE
LEARNING) UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI PELAJARAN
MATEMATIKA
Sumber Internet :
Perdana,
Andrean. (2013). “Pengertian Belajar,
Mengajar, Pembelajar, dan Pembelajaran”. [Online]. Tersedia: http://www.andreanperdana.com/2013/03/pengertian-belajar-mengajar-pembelajar.html yang direkam
pada 12 April 2015
Supatmono,
Catur. (2002). “Pengertian Matematika
Menurut Ahli”. [Online]. Tersedia: http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-matematika-menurut-ahli.html#_
yang direkam pada 12 April 2015
Hermawan, Rudi.
(2013). “Minat Belajar Siswa dalam Mengikuti Pelajaran
Matematika”. [Online].
Tersedia: http://bdkpalembang.kemenag.go.id/rudi2/ yang direkam
pada 13 April 2015
Angle, Little. (2011). “Minat Siswa
Terhadap Matematika”. [Online]. Tersedia: http://wwwmeawmoon.blogspot.com/2011/05/minat-siswa-terhadap-matematika.html yang direkam pada 21 Mei 2015
Matemtika,
Pendidikan. (2011). “Model-model Pembelajaran Dalam Matematika”. [Online]. Tersedia: http://persamaandiferensialorden.blogspot.com/p/model-model-pembelajaran-dalam.html yang direkam pada 21 Mei 2015
Samitha, Adi.
2012. “Strategi Pembelajaran Matematika”. [Online]. Tersedia: http://adisamitha.blogspot.com/ yang direkam pada 21 Mei
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar