CIRI
– CIRI FILSAFAT
Ciri-ciri filsafat secara umum ada
tiga, yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Menyeluruh disini berarti pemikiran yang luas karena tidak membatasi
diri dan tidak hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu. Sehingga
terdapat hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu lainnya, hubungan ilmu
dengan moral, seni, dan tujuan hidup. Mendasar
artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial
objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap
nilai dan keilmuan. Jadi filsafat tidak hanya berhenti pada kulit-kulitnya
saja, tetapi juga sampai menembus ke kedalama-dalamnya (hakikat). Dan Spekulatif berarti hasil pemikiran yang
diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikiran
berfilsafat selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menelusuri
bidang-bidang pengetahuan yang baru.
Selanjutnya terdapat ciri-ciri
berfilsafat atau berpikir filsafat. Yang pertama, berpikir secara kefilsafatan
dicirikan secara Radikal. Berpikir
secara radikal yaitu berpikir sampai ke akar-akarnya, bsampai kepada hakikat,
esensi atau sampai ke substansi yang dipikirkan. Manusia yang berfilsafat
dengan akalnya berusaha untuk menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan
yang mendasari segala pengetahuan indrawi. Yang kedua, berpikir secara
kefilsafatan dicirikan secara Universal
(umum). Berpikir secara universal adalah berpikir tentang hal-hal serta
proses-proses yang bersifat umum dan tidak memikirkan hal-hal yang parsial.
Filsafat bersangkutan dengan pengalaman umum dari umat manusia. Dengan jalan
penelusuran yang radikal itu filsafat berusaha sampai pada berbagai kesimpulan
yang universal. Yang ketiga, berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara Konseptual. Maksud dari konsep di sini
adalah hasil generalisasi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses
individual. Dengan ciri yang konseptual ini, berpikir secara kefilsafatan
melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari. Konsepsi (rencana kerja)
merupakan hasil generalisasi serta abstrak dari pengalaman tentang hal-hal
serta proses-proses satu demi satu. Proses-proses yang dibicarakan ialah
pemikiran itu sendiri dan hal hal yang dipikirkan ialah si pemikir itu sendiri.
Filsafat merupakan hasil menjadi sadarnya manusia mengenai dirinya sendiri
sebagai pemikir, dan menjadi kritisnya manusia terhadap diri sendiri sebagai
pemikir di dalam dunia yang dipikirkannya. Yang keempat, berpikir secara
kefilsafatan dicirikan secara Koheren
dan Konsisten. Koheren artinya
sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir (logis). Pemikiran filsafat merupakan
suatu usaha perenumgan rasional yang runtut dan mendalam terhadap suatu hal
yang dipikirkan oleh akal budi. Manusia bukan berpikir asal-asalan atau
berpikir setengah hati saja, melainkan perlu mengerahkan seluruh pikirannya
secara fokus, terarah, terorientasi, terkonsentrasi pada obyek yang dipikirkan
agar mencapai hasil akhir pemikiran yang benar secara filosofis. Sedangkan konsisten artinya tidak mengandung
kontradiksi. Yang kelima, berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara Sistematik. Sistematik berasala dari
kata sistem, yang berarti kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan
menurut tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud atau menunaikan sesuatu
peranan tertentu. Yang keenam, berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara Konperehensif. Konperehensif berarti
mencakup secara menyeluruh. Berpikir secara konperehensif berusaaha untuk
menjelaskan alam semesta secara keseluruhan. Yang ketujuh, berpikir secara
kefilsafatan dicirikan secara Bebas.
Sampai batas-batas yang luas makasetiap filsafat boleh dikatakan merupakan
suatu hasil dari pemikiran yang bebas. Bebas dari segala prasangka sosial,
historis, kultural ataupun religius. Yang terakhir dan kedelapan, berpikir
secara kefilsafatan dicirikan dengan pemikiran yang Bertanggungjawab. Seseorang yang berfilsafat adalah orang yang
berpikir sambil bertanggungjawab terhadap hati nuraninya sendiri (tampaklah
hubungan antara kebebasan berpikir dalam filsafat dengan etika yang
melandasinya) dan cara bagaimana ia merumuskan berbagai pemikirannya agar dapat
dikomunikasikan pada orang lain.
Filsafat juga berciri visioner,
yaitu pandangan/ pemikiran/ visi terhadap suatu kenyataan dunia dan diri kita
sendiri. Kita tidak mungkin memiliki pandangan terhadap sesuatu jika kita tidak
dapat berefleksi secara benar terhadapnya. Hanya orang yang merenung/berefleksi
secara benar yang akan mampu menghasilkan ide-ide cermelang tentang dunia dan
manusia. Orang yang dapat memberikan pandangan dunia dan dirinya itu sudah termasuk
dalam pemikiran filosofis. Seseorang filsuf biasanya memiliki visi yang jauh ke
depan. Ia mampu melakukan prediksi rasional sekarang atas segala fenomena hidup
yang terjadi di masa depan. Dengan visi ini filsuf memberikan harapan hidup
bagi manusia dan membuka horizon perspektif makna untuk memperkaya kualitas
ziarah intelektual sebagai manusia di planet bumi ini. Filsuf ibarat obor yang
menerangi jalannya dinamika kehidupan manusia di planet bumi ini.
PERBEDAAN MACAM SUMBER PENGETAHUAN
Menurut
bahasa Indonesia, pengetahuanadalah sebagai sejumlah informasi yang diperoleh
melalui pengamatan, pengalaman (empiri) dan penalaran (rasio). Pengetahuan
tentu berbeda dengan ilmu. Ilmu lebih menitikberatkan pada aspek teoritis
dengan syarat proses teoritisasi dari sejumlah pengetahuan yang dimiliki
manusia.
Rasa ingin tahu dan penasaran telah menyebabkan manusia
terdorong untuk berpikir. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya disebabkan
oleh bahasa untuk berkomunikasi dan kemampuan berpikir manusia. Rasa heran yang
mendorong seseorang peneliti untuk mengadakan penelitiannya yang merupakan
sumber-sumber penemuan ilmiah.
Ada duajenis pengetahuan yaitu
pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan
biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan (perasaan,
pikiran, pengalaman, panca indera dan intuisi) untuk mengetahui sesuatu tanpa
memperhatikan objek-objek dan cara kegunaannya. Jenis pengetahuan ini disebut
knowledge. Pengetahuan ilmiah
merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu. Dengan
kata lain pengetahuan ilmiah memperhatikan objek ontologis,landasan
epistemologis dan landasan aksiologis. Macam-macam sumber pengetahuan tersebut
antara lain:
a.
Rasionalisme (Pikiran)
Rasionalisme
yaitu pikiran manusia dengan berpendapat bahwa sumber satu-satunya dari
pengetahuan manusia adalah rasio atau akal budaya. Rasional juga menganggap
bahwa ilmu lahir dari induk sebuah penalaran dan mendasarkan diri pada cara
kerja deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Ukuran kebenaran menurut sumber
ini diukur dari apakah gagasan itu benar-benar memberikan pengetahuan kepada
manusia atau tidak.
b. Empirisme
Empirisme adalah sebuah aliran yang
menjadikan pengalaman sebagai sumber pengetahuan yang diperoleh dengan cara
observasi atau penginderaan. Selain itu, pengalaman juga disebut sebagai faktor
yang fundamental dalam pengetahuan, karena ia merupakan sumber pengetahuan yang
ada di dalam diri manusia, yang didapat melalui pengalaman yang kongkret.
Empirisme juga berpendapat bahwa
pengetahuan berasal dari pengalaman, sehingga pengenalan indrawi dan empiris
merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Pengalaman tersebut adalah
akibat seuatu objek yang merangsang alat-alat indrawi, yang kemudian dipahami
didalam otak, dan rangsangan tersebut mengakibatkan terbentuknya atau munculnya
tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat-alat indrawi
tadi. Dan empirisme juga memegang peranan yang sangat penting bagi pengetahuan.
c.
Intuisi
Intuisionisme
artinya langsung melihat, dengan pendapat tentang sumber pengetahuan adalah
manusia mempunyai kemampuan khusus untuk mengetahui yang tidak terikat kepada
indra maupun penalaran.
Intuisi merupakan pengetahuan yang
didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal
dan tidak dapat diramalkan. Sebagian dasar untuk menyusun pengetahuan secara
teratur maka intuisi ini tidak dapat diandalkan.
Intuisi dianggap jadi
sumber pengetahuan karena manusia mendapati ilmu pengetahuan secara langsung
tanpa melalui proses penalaran tertentu, dari intuisi secara tiba-tiba
menemukan jawaban dari masalah yang dihadapi.
Pengetahuan intuitif dapat
dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan
kebenaran. Pengalaman intuitif sering hanya dianggap sebagai sebuah halusinasi
atau bahkan sebuah ilusi belaka. Sementara itu oleh kaum beragama intuisi
(hati) dipandang sebagai sumber pengetahuan yang mulia.
Kemampuan intutif bagi seorang
seniman dianggap penting, Terutama untuk memutuskan berbagai pekerjaan kompleks
tanpa harus melampaui perhitungan dan pembuktian lapangan.
Jadi, Intuisi adalah istilah untuk
kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan
intelektualitas. Seperti pemahaman itu tiba-tiba saja datang dari dunia lain
dan diluar kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk
membaca sebuah buku. Ternyata, di dalam buku tersebut ditemukan keterangan yang
dicari-carinya selama bertahun-tahun. Namun tidak semua intuisi berasal dari
kekuatan psikologi, tetapi sebagian intuisi bisa dijelaskan sebabnya.
d. Wahyu
Wahyu adalah sumber pengetahuan yang
bersandar pada Tuhan sebagai sang Maha Ilmu. Sumber
pengetahuan yang disebut “ wahyu” identik dengan agama atau kepercayaan yang
sifatnya mistis.
Wahyu
merupakan pengetahuan yang disampaikan Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini
disalurkan lewat nabi-nabi yang di utusannya sepanjang zaman. Melalui wahyu
atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah penegetahuan baik yang
terjangkau ataupun tidak terjangkau oleh manusia).
Agama
merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau
pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat trasendental
seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akherat nanti.
Pengetahuan ini didasarkan pada kepercayaan kepada Tuhan yang merupakan sumber
pengetahuan, kepercayaan kepada nabi sebagai perantara dan kepercayaan terhadap
wahyu sebagai cara penyampaian, merupakan dasar dari penyusunan pengetahuan
ini.
e.
Kritisme
Kritisme
adalah orang orang yang tidak bisa menerima keempat sumber pengetahuan yang
ada.
KAITAN SUMBER PENGETAHUAN DENGAN
SARANA BERPIKIR ILMIAH
Sarana
berpikir ilmiah bagian dari sumber pengetahuan karena mencakup bahasa,
matematika, dan statistika, dengan bahasa untuk mengemukakan pikiran / pendapat
secara kualitatif, matematika untuk mengembangkan pendapat yang dikemukakan
melalui bahasa menjadi numerik dengan pengukuran kuantitatif, dan statistika
untuk menarik kesimpulan dari pemikiran yang telah diungkapkan dalam bentuk
data statistik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar